-

Jumat, 04 Februari 2011

Pernyataan Sikap PRP Mendukung Gerakan Perlawanan Rakyat di Kawasan Arab

PERNYATAAN SIKAP
PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA
No : 315/PS/KP-PRP/e/II/011

Mendukung Gerakan Perlawanan Rakyat di Kawasan Arab!!!

Neoliberalisme Menyebabkan Kemiskinan dan Pengangguran!!!

Salam rakyat pekerja,

Kawasan Arab hingga saat ini masih bergolak akibat “kemarahan” rakyat terhadap rezim Neoliberal yang berkuasa di negara-negara tersebut. Gerakan perlawanan rakyat yang bermula dari Tunisia dan akhirnya berhasil menumbangkan rezim Ben Ali, yang telah 23 tahun berkuasa, akhirnya mulai bergerak ke negara-negara tetangganya, seperti Mesir, Yaman, Aljazair, Jordania dan negara-negara lainnya. “Kemarahan” rakyat yang dipicu oleh kemiskinan, pengangguran, korupsi dan pemberangusan hak-hak rakyat, akhirnya mampu membuat panik rezim yang berkuasa, bahkan mampu menumbangkannya.

Angka kemiskinan dan pengangguran yang melonjak tajam di negera-negara kawasan Arab tentu saja disebabkan oleh rezim berkuasa yang menerapkan sistem ekonomi Neoliberalisme. Krisis ekonomi yang melanda dunia sekitar tahun 2008, akibat praktek Neoliberalisme, dicoba diatasi oleh para pendukung Neoliberalisme dengan upaya menyelematkan para pemilik modal. Alhasil, pemecahan masalah yang diterapkan oleh para pendukung Neoliberalisme tersebut malah menyebabkan krisis baru, yaitu krisis minyak dan krisis pangan.

Pengalihan bahan pangan menjadi bahan bakar (agrofuel) menjadi salah satu faktor penyebab hilangnya bahan pangan akibat krisis minyak. Selain itu, liberalisasi perdagangan pangan dan pertanian yang mana pertanian dan swasembada pangan negeri ketiga dihancurkan oleh produk-produk impor yang disubsidi maupun kebijakan-kebijakan pengetatan yang mencekik petani dunia ketiga juga menjadi faktor pendukung krisis pangan di dunia. Kedua hal itu kemudian menyebabkan pesatnya kenaikan harga bahan pangan di dunia, yang akhirnya menyebabkan kemiskinan pada rakyatnya di berbagai negara.

Para pemimpin pendukung Neoliberal tentunya sangat sadar akan hal ini, bahkan dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos yang diadakan baru-baru ini, mereka menyatakan pesatnya kenaikan harga komoditas seperti minyak mentah dan bahan pangan sudah menimbulkan gangguan di sejumlah negara, termasuk Tunisia, Mesir, Maroko, Aljazair dan Pakistan. Namun tentu saja, mereka memang tidak pernah peduli dengan kemiskinan yang terjadi di negara-negara dunia ketiga, selama hal itu masih sangat menguntungkan bagi kepentingan para pemilik modal.

Gerakan perlawanan rakyat terhadap rezim berkuasa yang selama ini menindas di kawasan Arab tentunya patut didukung oleh seluruh elemen gerakan rakyat dimanapun keberadaan mereka. Gerakan perlawanan rakyat ini tentunya akan membawa perubahan yang besar dalam demokratisasi di negara-negara tersebut, yang selama ini selalu tunduk terhadap para kapitalis dan mengukung kebebasan rakyatnya. Namun, kekhawatiran terhadap perubahan yang berlangsung di negara-negara tersebut akan semakin menjerumuskan rakyat kepada kelompok fundamentalis atau bahkan militer tentunya juga patut diwaspadai. Berkuasanya kelompok fundamentalis tentu saja akan semakin membungkam kebebasan dan hak-hak rakyat serta matinya demokratisasi di negara-negara tersebut. Begitu juga jika yang dibangun adalah rezim militer. Kalangan militer di Mesir, misalnya, justru sangat koruptif ketika liberalisasi ekonomi diterapkan oleh Hosni Mubarak sejak 1990-an. Kalangan Jenderal dan perwira tinggi lainnya malah mengambil keuntungan besar dengan menggunakan dana negara dalam transaksi bisnis mereka.

Maka dari itu, jika kelompok fundamentalis atau militer yang mengambil alih kekuasaan di kawasan Arab tersebut, maka yang terjadi kemudian hanyalah sekedar pergantian kekuasaan saja, bukan pergantian sistemnya. Sehingga tujuan gerakan perlawanan rakyat untuk membuka demokrasi di negara-negera tersebut akan sia-sia. Jalan keluar dari kegagalan rezim Neoliberal adalah aksi rakyat tanpa melihat agama, sekte, etnis, suku atau daerah. Munculnya gejolak perlawanan rakyat tentunya dapat dimenangkan jika memanfaatkan romantisme nativis, kekacauan sektarian atau manipulasi agama.

Peranan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang selama ini mendukung keberadaan rezim Neoliberal di kawasan tersebut tentunya juga patut diwaspadai. Selama ini para penguasa di negara-negara tersebut sangat didukung oleh para pemimpin negara-negara maju yang mendukung Neoliberalisme.. termasuk Israel. Hal ini dimaksudkan agar kepentingan para pemilik modal dari negara-negara maju tersebut dapat terus mengeruk keuntungan dari negara-negara di kawasan Arab. Maka dari itu, meskipun “kepala ular” di Tunisia telah dipotong, kepentingan para pemilik modal yang berada di belakang rezim Ben Ali masih kukuh mencengkeram negeri itu dan mereka akan berjuang mati-matian untuk membatasi dan menghalau partisipasi rakyat Tunisia yang diperjuangkan melalui gerakan perlawanan rakyat. Hal yang sama tentu saja akan terjadi pada negara-negara lainnya yang saat ini sedang bergolak karena gerakan perlawanan rakyat.

Kondisi di Indonesia tidak ubahnya seperti yang dialami oleh negara-negara di kawasan tersebut. Kemiskinan, pengangguran, korupsi, pembungkaman hak-hak rakyat atau bahkan maraknya kasus-kasus pelanggaran HAM, masih sering terjadi di negeri ini. Kondisi ini tentu saja disebabkan rezim Neoliberal yang dipimpin oleh SBY semakin gencar melakukan penerapan sistem Neoliberalisme di Indonesia. Pembangunan yang digembar-gemborkan oleh rezim Neoliberal selama ini sebenarnya hanya untuk kepentingan para pemilik modal dan elit serta partai politik pendukung Neoliberalisme. Tidak pernah sedikit pun rakyat menikmati hasil pembangunan yang digembar-gemborkan oleh rezim Neoliberal selama ini. Rakyat hanya mampu beradaptasi dengan himpitan ekonomi yang selalu membayangi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk membenarkan praktek-prakteknya selama ini, rezim Neoliberal kerap kali selalu membeberkan kebohongan-kebohongan untuk memuaskan dan merangkul kepercayaan rakyat. Namun kebusukan-kebusukan yang dipraktekkan oleh rezim Neoliberal sudah semakin terlihat jelas dan terang benderang. Kebohongan-kebohongan yang diumbar oleh rezim Neoliberal akhirnya sudah tidak mampu ditutup-tutupi oleh rezim. Bahkan perlindungan dan solidaritas terhadap sesama koruptor pun diperlihatkan dengan sangat jelas oleh para elit politik dan partai politik pendukung Neoliberalisme.
Sudah cukup rakyat pekerja di Indonesia selalu saja dibohongi, ditindas dan dieksploitasi. Sudah saatnya, rakyat mengobarkan semangat perlawanan kepada rezim Neoliberal dan memekikkan perang dengan Neoliberalisme yang memiskinkan dan menyengsarakan rakyat.

Maka dari itu, kami dari Perhimpunan Rakyat Pekerja menyatakan sikap:

1.Mendukung sepenuhnya gerakan perlawanan rakyat yang dilakukan di Tunisia, Mesir,
Aljazair, Yaman, Jordania, dan negara-negara lainnya.
2.Hancurkan sistem Neoliberalisme yang telah menyengsarakan dan memiskinkan rakyat
di seluruh dunia.
3.Singkirkan kekuatan-kekuatan kelompok fundamentalis, militer dan pendukung
Neoliberal yang ingin memanfaatkan pergolakan di kawasan Arab.
4.Bangun persatuan gerakan rakyat serta bangun kekuatan politik alternatif untuk
melawan rezim Neoliberal dan sistem Neoliberalisme di Indonesia.
5.Kapitalisme-Neoliberalisme telah gagal untuk mensejahterakan rakyat dan hanya
dengan SOSIALISME lah maka rakyat akan sejahtera.

Jakarta, 4 Februari 2011



Komite Pusat

Perhimpunan Rakyat Pekerja

(KP-PRP)



Ketua Nasional
(Anwar Ma'ruf)

Sekretaris Jenderal
(Rendro Prayogo)